Para peserta Asian African Reading Club. Sumber: Dokumentasi AARC
Para peserta Asian African Reading Club. Sumber: Dokumentasi AARC
iklan layanan masyarakat

Bandung, koran-samudra.com – Tepat pada 15 Agustus 2009, atau pada 13 tahun lalu, telah berdiri secara resmi komunitas literasi yang bernama Asian African Reading Club (AARC). Komunitas yang lahir atas inisiatif warga tersebut, berupaya untuk kembali membangkitkan nilai-nilai semangat Bandung yang tertuang dalam peristiwa Konferensi Asia-Afrika (KAA), pada 1955 lalu.

Mereka berupaya membangkitkan nilai-nilai KAA dengan cara melakukan tadarusan buku bersama. Hal itu terus mereka lakukan selama 13 tahun lamanya di Museum Konferensi Asia Afrika hingga hari ini, setiap hari Rabu sore hingga malam.

Adew Habsta, salah satu pegiat dan pendiri AARC menyebut kumpulan mereka berawal dari ide untuk meramaikan festival buku asia-afrika. Namun karena tidak ingin kegiatannya dilakukan sekali saja atau dilakukan dalam kegiatan-kegiatan besar saja, pada akhirnya mereka bersepakat untuk menggelar tadarusan buku pada setiap minggunya.

“Biasanya kami melakukan kegiatan di Museum KAA setiap hari Rabu sore sampai Malam. Sempat waktu Covid kemarin kami pindah dulu ke perpustakaan Ajip Rosidi karena museumnya ditutup. Tapi sekarang sudah pindah lagi ke museum,” tuturnya.

Adew merasa bahagia karena selama 13 tahun terus bergelut di dunia literasi dan dapat memberikan manfaat kepada publik, khususnya di Kota Bandung. Melalui kegiatannya tersebut Adew dapat mengetahui bahwa para pemuda dan pemudi di Kota Bandung memiliki potensi yang luar biasa di bidang literasi.

iklan layanan masyarakat

Ia berharap kegiatannya dapat terus memberikan manfaat untuk publik dan terus menginspirasi orang banyak agar melakukan hal serupa di lingkup terkecilnya sendiri, minimal dirinya dan keluarganya sendiri.

Selain itu ia juga akan melebarkan publikasinya dengan datang ke sekolah-sekolah atau kampus-kampus di Kota Bandung untuk mengajak anak-anak muda mulai biasa membaca. Ia tidak membatasi apabila membaca itu hanya lewat buku, tapi membaca itu bisa saja dengan kita membaca lingkungan atau membaca fenomena-fenomena sosial yang terjadi di sekitaran kita.

Dengan membaca, banyak kesempatan yang bisa diambil manfaatnya dan dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki setiap individu.

***

 

iklan layanan masyarakat