Bandung, koran-samudra.com – (EPISODE 2) Aku duduk di sofa, menenangkan diriku dan menata nafasku yang terengah. Hujan di luar semakin besar. Mengetuk kaca rumahku memunculkan alunan ritme membuatku merasakan bahwa aku tidak sendirian. Semakin ke sini aku merasakan ketakutan hanya karena sebuah mimpi.

Aku baringkan tubuhku. Menatap langit-langit rumah. Kesepian terlihat di sana. Hanya ada satu buah lampu tergantung di sana. Sepertiku yang kini juga sendiri. Aku nyalakan radio tip, memutar lagu kesukaanku.

Ah, aku hampir lupa. Hari ini hari Sabtu. Aku harus berlatih vokal untuk melakukan peribadatan besok. Satu hal yang aku benci. Aku harus tidur agar besok tidak terlambat.

KESUNYIAN malam kembali mendobrak. Aku yang berusaha agar tidak tertidur, melakukan berbagai aktivitas, menyibukkan diri. Duduk di atas kursi meja belajarku, mengambil kembali buku kumpulan cerpen semalam dan membacanya. Badanku lemas dan tak terasa aku pun tertidur di sana.

Mimpi itu kembali muncul, mimpi yang selama ini menggangguku. Persis seperti sebelumnya. Suatu hari ketika aku berkunjung ke Gereja untuk melakukan peribadatan. Aku duduk di dekat anak kecil yang sangat nakal. Dia selalu menggangguku, mengganggu semua orang yang ada di sana. Berlarian tanpa arah. Aku seret anak kecil itu keluar gereja, mengambil bensin di sakuku dan membakarnya. Kobaran api langsung menyala.

Entah kenapa tiba-tiba yang aku bakar bukanlah anak kecil, melainkan sebuah boneka. Boneka kecil sepelukan anak kecil. Persis seperti boneka Susan. Memiliki dot di mulutnya. Seorang laki-laki bertubuh besar, berkulit putih, berbadan besar, berotot, dan memiliki suara yang berat. Sedang mencari adiknya (anak kecil yang aku bakar tadi). Tiba-tiba di dalam api ditemukan tulang-belulang. Aku terkejut. Bingung. Sebenarnya apa yang terjadi?

Hendak menjernihkan pikiranku, aku pergi ke kamar mandi dan di sana, aku mendapati anak kecil yang aku bakar sambil memegang sebuah pisau di tangan kanannya hendak menusukkan kepadaku. Dan aku terbangun. Tapi ada yang berbeda dari biasanya. Kali ini anak itu membunuhku, menusukkan pisaunya tepat di jantungku. Darah mulai bercucuran keluar dari sana. Anak itu tersenyum kepadaku dan meruncingkan tatapan matanya. Tiba-tiba boneka itu berada di pelukannya. Lantas siapa yang aku bakar? Kenapa tiba-tiba berubah jadi boneka? Kenapa ada tulang-belulang setelah kobaran api padam? Dan kenapa sekarang aku merasakan sakit? kemudian aku mencekal dadaku. Pisau masih tertancap di sana. Satu kenyataan yang aku tahu bukan karena mimpi ini berbeda melainkan ini bukan sebuah mimpi…..selesai.****Editor

Gimana ceritanya??sereeeeemm? Jangan baca sendirian yaa dan jangan lupa like, share & komen!!!

Nantikan cerita mistis selanjutnya hanya di koran samudra.com

Tentang penulis:

Dinda Aina. Lahir di Bandung 16 April 2003. Seorang pustakawan Sarang Buku Ciwidey dan anggota Kawah Sastra Ciwidey dan Prosatujuh Dapat ditemukan di sosial medianya @dindaainaaa dan dindaainawordpress.com