Sumedang, koran-samudra.com – Menara Kujang Sepasang bakal dibangun di kawasan Waduk Jatigede, Sumedang. Pembangunan landmark ini mendapat dukungan penuh dari warga Sumedang.

Dukungan lainnya datang dari Kepala Desa Jemah, Kecamatan Jatigede, Turyana. Dia juga menegaskan, mendukung penuh rencana Gubernur Jabar, Ridwan Kamil dan Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir membangun Menara Kujang Sapasang.

“Atas nama masyarakat Desa Jemah, saya sangat mendukung rencana Pak Bupati dan Pak Gubernur untuk membangun Menara Kujang Sapasang. Menara ini nantinya akan menjadi ikon daya tarik pariwisata,” ujarnya.

iklan layanan masyarakat

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (ASITA) DPC Sumedang Iyan Sofyan Hady pun menyambut baik dan memberikan apresiasi atas prakarsa pembangunan lanmark unik pariwisata di Kabupaten Sumedang itu.

“Sumedang membutuhkan destinasi wisata yang berbeda. Menara Kujang Sapasang ini sangat unik dan menarik. Pengunjung datang untuk happy, selfie, kuliner, belanja dan bawa oleh-oleh,” kata Iyan.

Diketahui, Menara Kujang Sapasang yang bakal dibangun bak patung Liberty di kawasan Waduk Jatigede tersebut diyakini bakal menjadi ikon kebanggaan warga Jawa Barat, khususnya Sumedang dan masyarakat Jatigede.

Landmark pariwisata yang digagas Gubernur Jabar Ridwan Kamil tersebut sudah direncanakan sejak jauh hari sebelum pandemi melanda. Konsep landmark pariwisata Jatigede menggabungkan aspek religi melalui masjid, budaya melalui menara kujang, serta sentuhan teknologi informasi melalui kehadiran museum Jatigede.

Kujang Sapasang.yang melintasi jembatan dari masjid Al-Kamil menuju Menara Kujang Sepasang dalam proses pekerjaan finishing untuk persiapan launching yang akan menjadi museum sebagai kolaborasi konsep religi, budaya, dan teknologi informasi.

Namun dalam investigasi koran-samudra.com di area lokasi proyek pembangunan menara Kujang Sepasang sebagai Landmark kawasan Pariwisata Panenjoan Waduk Jati Gede Sumedang, menuai permasalahan di lapangan, yang menyangkut ada nya penyelewengan uang terhadap masyarakat desa Jema, diantaranya pemilik warung berinisial ibu (DH), dan suami nya berinisial (D) yang berada di sekitar kawasan tersebut belum di bayar oleh oknum bernama deri sebagai mandor dari PT Intimasi, sebagai kontraktor proyek pembangunan menara Kujang Sepasang kawasan pariwisata Panenjoan Jati Gede Sumedang, yang bekerja sama dengan saudara Dedi selaku PM ( Projek Manager).

Koran-samudra.com mengkonfirmasi kepada pemilik warung tentang uang yang belum di bayar Deri (mandor), dan Dedi (PM), dari PT Intimas Kontraktor Pelaksana Proyek Pembangunan Menara Kujang Sepasang.

Menrut DH bahwa,” uang yang belum dibayar ini mencapai Rp 190.000.000,-.
Itu terkumpul dari para pekerja yang makan di warung kami yang mencapai 150 orang, dan dalam waktu hampir 3 bulan.
Tapi itu tidak hanya dari makan saja, ada yang cash bon, pinjam uang buat ngirim ke istrinya, ada yang buat bayar paket, beli alat, yang termasuk Deri itu buat beli alat las uang pinjam dari saya”,ungkap ibu DH.

Selain ke ibu warung ada para pekerja masyarakat lokal yang bekerja dalam projek Pembangunan Menara Kujang Sepasang ini, di bawah mandor Deri yang upah kerja nya tidak dibayar hampir selam 1 (satu) Bulan, bahkan ada yang lebih dari beberapa pekerja itu mencapai hampir 20 orang.

Menurut pak Darman,”saya sudah meminta bantuan kepada orang Dinas PUPR Bapak Hendra selaku Kepala Bidang (Kabid) Cipta Karya pada Dinas PUPR Kabupaten Sumedang,untuk bisa menfasilitasi,dan memediasi kepada pihak Kontraktor PT INTIMAS supaya kami bisa menagih,dan dari pihak Rekanan Dinas tersebut untuk membayar kepada kami, uang segitu bagi kami masyarakat kecil cukup besar nilainya,”pungkas pak Darman.

Sampai berita ini di turunkan, belum ada penjalesan pembayaran dari pihak perusahaan.

Selain permasalahan keuangan tidak dibayar nya ke ibu warung dan para pekerja oleh oknum Deri dan Dedi yang di ambil dari perusahaan INTIMAS, sebagai kontraktor pelaksana projek pembangunan Menara Kujang Sepasang, dan pembangunan Masjd Al-Kamil.

Ada sebanyak 15 (lima belas), orang pedagang yang menggantungkan kehidupan nya dari berjualan berbagai jajanan, dan makanan di kawasan lokasi pariwisata di lahan yang sebelum ada pembangunan Masjid Al-Kamil, dan sekarang nasib nya tidak bisa berjualan lagi di lokasi itu.

Menurut para pedagang tersebut dulu katanya akan ada penggantian rugi, dan akan di relokasi untuk di buatkan kios dan di tempatkan di kawasan Masjid Al-Kamil yang di sediakan dari) Pihak Pemerintah melalui Dinas PUPR,” ucap para pedagang yang nasib nya tidak jelas.***

iklan layanan masyarakat