Oleh : Reza Khoerul Iman
Bukankah kita pernah berjalan
bermandikan cahaya purnama?
Juga dikerumuni cahaya kunang-kunang,
Bersamamu membelah keramaian
diselimuti dingin yang membunuh kehangatan,
keheningan yang mewarnai perjalanan.
Sesekali kuhembuskan tanya,
Namun dilerai oleh angin malam.
Lalu kucoba lemparkan kata,
Dibalas oleh senyuman
Memaksa matahari untuk terbit
Di atap gugusan bintang.
Desir suaramu merayap-rayap
Berkecamuk di sela degup jantung
Lirih mengungguli bisikan daun
Tenang mengungguli desiran ombak
Merdu mengungguli harmonika jalanan.
Waktu seakan melipat jarak
Memupuk ketidakberdayaan
Menumbuhkan ketidakrelaan
Melihat dua purnama dikikis temaram
Menyisakan taburan kata yang terbenam
Tumbuh subur menjadi bunga mimpi
Bertaburan ditaman imajinasi
Ku petik bunga yang telah memberi arti
Berakhir menjadi wahana tak berekspresi
Ciwidey, 2020