iklan layanan masyarakat

BANDUNG, koran-samudra.com – Sanggar Padepokan Daeng Udjo, Membahas tentang kesenian sudah tidak asing lagi ditelinga kita, tentunya banyak sekali hal yang terlintas didalam benak jika berbicara tentang kesenian. Namun seringkali masyarakat khususnya generasi muda saat ini lebih banyak mengenal budaya dan kesenian luar negeri dari pada budaya nya sendiri. Miris rasanya jika kaum milenial lebih senang kepada budaya asing dari pada budaya nya sendiri, sudah bukan yang pertama kalinya lagi kebudayaan kita di klaim oleh negara tetangga, lantas apakah tanggapan dari para generasi mud ajika mengetahui budayanya di klaim oleh negara tetangga? Apakah harus di klaim terlebih dahulu sebelum kita menaruh perhatian kepada budaya kita sendiri?.
Tapi tentunya tidak semua generasi muda saat ini hanya menggemari atau tau budaya luar saja, masih ada yang belajar dan menggeluti budayanya sendiri mau itu sebagai hobi, cita-cita ataupun hanya sekedar untuk mengisi waktu luang agar lebih positif. Seperti yang dilakukan oleh kawan-kawan kita di Sanggar Padepokan Daeng Udjo, mungkin bagi kebanyakan orang hanya mengetahui bahwa di Saung Udjo hanya terdapat seniman angklung saja, selain angklung disana juga ada sanggar tari Jaipong yang sudah memiliki banyak prestasi juga dan tidak kalah keren dengan kebudayaan luar.
Tarian Jaipong mulai eksis sektar tahun 1960, dikembangkan oleh seniman Sunda bernama Gugum Gumilar karena terinspirasi setelah mendengar suara ketukan kendang Ja.. I.. Pong.. Ja.. I.. Pong.. dan juga merubah pencak dan catur tilu sehingga tercipta lah tarian Jaipongan, sehingga membuat tarian Jaipong menjadi tarian yang fleksibel dan bisa menyesuaikan dengan jaman, jika pada jaman dahulu Jaipong terkenal akan 3G (Geboy, Gitek, Geol) pada jaman sekarang ini khususnya di Padepokan Daeng Udjo sudah mulai di kolaborasikan dengan balet, hip-hop dan juga breakdance.
Dengan mengusung tema Jaipong modern, Padepokan Sanggar Daeng Udjo memiliki ciri khasnya tersendiri dalam memperkenalkan tarian Jaipong kepada masyarakat khususnya generasi milenial, tidak terlalu kaku dalam membuat suatu koreografi menjadikan pentas yang ditampilkan oleh murid-murid disana menjadi ciri khas yang unik dan baru dalam dunia Jaipong dewasa ini. Dengan berlandaskan moderenisasi membuat murid-murid yang belajar disana menjadi lebih senang belajar tari Jaipong. Dengan prinsip mengajar yang seperti itu membuat murid senang terhadap apa yang dilakukan terlebih dahulu maka akan menumbuhkan suasana latihan yang nyaman dan membuat murid tidak merasa terpaksa karena memang keinginan untuk latihan datang dari hati masing-masing individu bukan karena adanya unsur paksaan baik itu dari orang tua maupun dari pelatih tari.
Saat ini salah keturunan dari Almarhum Pak Udjo yang mewarisi darah seninya dan aktif dalam membangun saung Udjo adalah Pak Daeng yang merupakan anak ke-8 dari 10 bersaudara yang rata-rata saudaranya yang lain berlatar manajemen. Dengan memegang prinsip mengikuti perkembangan jaman telah membuat Saung Udjo khususnya Padepokan tari disana dapat terus eksis dan menjuarai beberapa perlombaan.
“Dulu sebelum saya masuk merubah angklung orang-orang yang masih berkeinginan untuk berangklung paling bantet SD kelas 6, tapi setelah saya angkat itu yang sudah kawin punya anak pun jadi suka, kenapa? Karena diapresiasi, saya memang banyak di kritikin orang terutama orang-orang angklung tapi saya ga peduli, karena kalau you bertahan seperti dulu you gaakan maju, budaya itu tidak bertahan, budaya itu berkembang. Jaipongan baru ada, emang dari baheula udah ada?”. Ujarnya.
Pak Daeng mempunyai prinsip jangan melarang orang untuk mencintai budaya luar, kenapa? Ya salah budaya kita sendiri kenapa tidak mau dikembangkan? Jadi orang cendrung tertarik dengan budaya luar. Kenapa banyak orang yang lebih tertarik dengan budaya luar? Karena mereka lebih menarik. Tinggal bagaimana caranya kita untuk membuat budaya kita menjadi lebih menarik dan dapat digemari oleh masyarakat luas khusus nya para generasi muda. Bagaimana caranya kita harus bisa membuat masyarakat mencintai budayanya sendiri seperti Jaipong misalnya dengan cara mengikuti jaman musinya di moderenisasi.
Padepokan Daeng Udjo juga memiliki Manajemen yang baik agar bisa terus eksis dan menggaet hati para generasi muda untuk mencintai Jaipong. Bu Linda selaku manajemen punya harapan yang besar untuk bisa mengajak generasi muda agar tertarik dan mau mengenal lebih jauh tentang tarian Jaipong. Untuk membentuk kecintaan kita terhadap budaya harus berani berkreasi dan berinovasi. Bu Linda selaku manajemen juga selalu berinovasi untuk bisa terus menjaga eksistensi Padepokan Sanggar Daeng Udjo dalam kegiatan perlombaan maupun untuk entertaint.
“Kalo temanya pasanggiri Jaipongan kita siapkan pakemnya jaipong, tapi ada juga yang bertemakan kreasi jadi kita combine kita liat dulu temanya. Atau juga kalau kita dipanggil buat entertaint kita siapkan koreografi yang di combine tadi antara jaipong dan modern”. Ujarnya.
Selain berbincang dengan Pak Udjo dan Bu Linda kita juga sudah mewawancarai salah satu murid yang sudah lama menekuni dunia Jaipong. Tiara Ayu seorang mahasiswa semester 3 jurusan sejarah UNPAD yang sudah mulai mengenal dan mempelajari jaipong semenjak kelas 3 SD ini punya banyak pandangan dan aspirasi yang selalu menjadi unek-unek di dalam kepalanya.
Dengan berlatar belakang keluarga yang banyak menekuni dunia seni membuat Tiara merasa mempunyai feeling untuk terjun langsung kedunia seni juga, uyut nya yang merupakan seorang dalang dan nenek nya adalah seorang sinden menjadikan spirit yang positif bagi Tiara untuk menekuni dunia seni juga khususnya tari jaipong.
“Seni dikita tuh sekarang udah jarang dikembangin malah lebih suka budaya barat jadi alangkah baiknya aku sebagai generasi penerus bangsa apalagi keluarga latar belakang seni jadi pengen ikut campur di dalamnya supaya bisa ngembangin budaya bangsa gitu”. Ujarnya.
Tiara mempunyai keinginan untuk mengajak kawan-kawan lain seumurannya yang lebih suka kepada budaya luar untuk mencoba terlebih dahulu mengenal budayanya sendiri, di Balai Kota Bandung suka ada komunitas modern dance bergenre K-POP yang biasa rutin latihan tiap weekend, Tiara sebetulnya tidak ada masalah dengan hal tersebut cuman dia hanya sedikit menyayangkan jika ada kawan-kawan disana yang lebih mengenal budaya luar ketimbang budayanya sendiri.***(M.Riza Firdaus-Reporter koransamudra)

iklan layanan masyarakat