Foto ilustrasi semangat pemuda Indonesia /Pexels
Foto ilustrasi semangat pemuda Indonesia /Pexels

oleh Yacob Siregar

Ketua umum PDI Perjuangan ibu Megawati Soekarnoputri mempertanyakan peran milenial saat sambutan peresmian kantor DPD PDI Perjuangan tanggal 28 Oktober 2020. Beliau juga mengatakan kepada presiden Jokowi untuk tidak memanjakan anak muda kita. “anak muda kita, aduh saya bilang sama presiden jangan dimanja, dibilang generasi kita adalah generasi milenial. Saya mau tanya hari ini apa sumbangsi nya generasi milenial?” ungkap megawati. Beliau juga menambahkan “masa hanya demo saja”.

Namun jika kita melihat kebelakang tentunya setiap perubahan di negara ini sangat besar andil anak muda. Tidak bisa dipungkiri sebelum kemerdekaan pun pada tahun 1908 melalui organisasi Budi Utomo yang dibentuk oleh mahasiswa sekolah kedokteran stovia pemuda berkumpul dan berdiskusi mengenai masa depan Indonesia dalam hal ini kemerdekaan. Sembari menjalankan misi mereka untuk memerdekakan Indonesia, mereka juga memberikan pencerdasan kepada masyarakat yang tidak mengecap Pendidikan.

Kemudian pada tahun 1928 tepat dua puluh tahun setelah organisasi budi utomo berdiri, organisasi pemuda semakin marak dan meluas. Mulai dari jong java, P.A.B. (Persatuan Anak Borneo), jong Celebes, jong ambon, dan lain lain tersebar di seluruh bangsa, pada tahun tersebut mereka berkumpul mengadakan suatu kongres untuk berdiskusi mengenai penyatuan pemuda pemudi demi kemajuan peradaban di tanah air dan kesejahteraan rakyat sehingga terlahirlah sumpah pemuda yang memiliki semangat persatuan.

Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 bukan berarti perjuangan pemuda Indonesia selesai. Pada tahun 1965-1966 mahasiswa Indonesia pun kembali berjuang melalui demonstrasi di jalanan. Saat itu Indonesia mengalami krisis besar besaran yang mengakibatkan harga sembako naik hingga 500 persen sehigga masyarakat tidak sejahtera dan kelaparan dimana mana. Melihat hal tersebut mahasiswa sebagai unsur pemuda bangsa tentu tidak diam. Saat berdemonstrasi mereka mengeluarkan tiga tuntutan yang kita kenal sabagai tritura (tiga tuntutan rakyat) dimana tritura tersebut adalah membubarkan PKI; merombak kabinet; dan menurunkan harga. Sehingga pemerintah mengeluarkan supersemar (surat perintah sebelas maret) yang menandai berakhirnya jaman soekarno dan alhasil ekonomi kembali pulih.

Pada tahun 1973-1974 ribuan mahasiswa dan pelaja SMA kembali turun kejalan berdemonstrasi melihat negara jepang yang semakin marak berinvestasi di Indonesia. Akhir tahun 1973 pada tanggal 31 desember hariman siregar merefleksikan beban sejarah yang mereka harus tuntaskan. Hariman siregar pun berpendapat bahwa perubahan besar bisa terjadi apabila kibaran bendera universitas bberkibar dijalanan. Hingga pada tanggal 15 januari 1974 aksi mereka pun berakhir denganrucuh. Trahedi tersebut biasa kita kenal dengan malari (malapetaka limabelas januari).

Kemudian soeharto pun turun dari jabatan nya tak lekang oleh perjuangan pemuda Indonesia. Pemuda Indonesia dalam hal ini mahasiswa melihat perekonomian Indonesia makin memburuk. Berawal dari krisis ekonomi 1997 yang memantik demonstrasi mahasiswa yang berkepanjangan karena memang rezim saat itu dipandang sangat absolut sehingga dibutuhkan perjuangan yang kontiniunitas. Kerusuhan pada mei 1998 yang mengakibatkan beberapa mahasiswa meninggal dunia namun harga yang mahal itu dibayar tunai dengan buah buah reformasi yang bisa kita nikmati saat ini walaupun sudah mulai diciderai.

Melihat panjangnya perjuangan pemuda Indonesia sepertinya kita tidak pantas untuk mempertanyakan kenapa saat ini pemuda milenial Indonesia hanya berdemonstrasi. Jawaban nya sudah jelas karena pemuda bangsa memandang keadaan Indonesia saat ini tidak sedang baik baik saja, dan perlu adanya sumbangsi pemuda milenial bagi bangsa dan negara dengan berdemonstrasi. Karena pada dasarnya mahasiswa sebagai agent of change, political cotrol, dan social control tidak memiliki kekuatan dalam pemerintahan dan legislatif. Mahasiswa sebagai kaum intelektual hanya memiliki nurani untuk membebaskan rakyat dari penderitaan dan mahasiswa hanya memiliki beban moral yang harus dituntaskan dengan cara demonstrasi karena dewasa ini sudah tidak bisa lagi mengikuti proses proses yang cenderung dipermainkan.***(Fariz Achmad Maulana-Reporter koran samudra)